“Puncak ini adalah atap Sulawesi, seharusnya manusia belajar
bahwa semakin tinggi, semakin merunduk“ Sepengal kalimat yang terukir disalah
satu plat yang menjadi asessoris tringulasi puncak rantemario. Atap Sulawesi,
salah satu 7 puncak tertinggi di Indonesia, Gunung tertinggi di Sulawesi, semua
atribut kebanggaan itu miliki Puncak Rantemario, Gunung Latimimojong. Namun
desas-desus yang beredar akan Jalur yang sulit, tanjakan yang tak ada habisnya,
udara dingin yang bisa membekukan, mitos-mitos sakralnya, kurangnya air di tiap
pos, segala atribut kebanggaan itu diiringi pula dengan banyak ketakutan akan
kesulitan yang harus dihadapi saat ingin menginjakkan kaki di puncak tertinggi
Sulawesi ini. Tak pernah terbayangkan diriku bisa menapaki puncak 3478 MDPL ini,
tapi takdir mengijinkan hal yang melampaui batas akal manusia, berjalan tak
henti, menanjak dengan oksigen yang menipis, jalur bagai jurang keputusasaan, menyadari
setiap kelemahan, impian yang tak hanya sebuah mimpi jika dijalani dengan tekat
yang tak pernah menyerah, Akan tetapi Atap Sulawesi menyimpan sebuah rindu
untuk kembali suatu hari nanti. Hal yang tak pernah ku inginkan jika mendaki,
namun ada kalanya Mendaki mengajarkanmu arti pulang dan merunduk akan betapa
besar Kuasa sang Pencipta, hal itulah yang diajarkan oleh Tanjakan Atap
Sulawesi, Puncak Rantemario, Gunung Latimojong.
Oh iya jangan baper dulu hehe… kita baru mau masuk diintronya nih hehehe...
Gunung latimojong merupakan gunung tertinggi di Pulau
Sulawesi, yang merupakan sebuah jajaran pegunungan dengan beberapa
puncak-puncak. Puncak tertinggi bernama Rante Mario yang memiliki ketinggian
3478 m dari permukaan laut. Pegunungan Latimojong ini berada di kabupaten
Endrekang Provinsi Sulawesi Selatan. Akses Rute pendakian berawal dari desa
Karangan. Gunung latimojong ini merupakan Gunung non-vulcanologi, selain puncak
rantemario ada juga puncak lainnya yaitu puncak Nenekmori, jika salah mengambil
jalur biasa orang tersesat dan malah ada di puncak Nenekmori, jadi jika kesana
jangan sampe salah puncak ya…
Setelah beberapa hari saya dan sahabatku ebi menghabiskan
malam di toraja, sesuai dengan rencana kami akan bertemu dengan teman-teman
yang lain di endrekang. Berhubung karena rute saya dari toraja sedangkan mereka
dari Makassar maka kami menentukan titik pertemuan kami yaitu di cakke.
Mengambil mobil dari toraja endrekang di malam hari lumayan sulit apalagi dihari
raya lebaran, kebanyakan jadwal keberangkatan mobil toraja-endrekang yaitu
dipagi atau siang hari. Dihari biasa tarif mobil toraja-endrekang biasanya
hanya 35ribu saja, namun karena kami berangkat di malam hari yang merupakan
hari raya lebaran dan hanya berdua, mau tidak mau kami harus membayar 200ribu
untuk kami berdua, seperti halnya mencarter mobil penumpang. Tidak sampai 2 jam
kami sudah sampai endrekang dan minta diturunkan di mesjid cakke, kemudian
kami di jemput oleh iqbal adeknya akbar untuk beristirahat di rumah temannya
sementara menunggu teman-teman yang lainnya datang naik motor dari makassar.
Namun jika ingin naik mobil penumpang Makassar-Endrekang hanya dengan membayar
100ribu/orang. Teman-teman yang dari Makassar memilih naik motor karena selain
lebih cepat juga tidak terlalu memakan biaya selain bensin, namun ada beberapa
juga yang memilih naik mobil. Mereka yang dari Makassar berangkat dari jam 5
sore hingga sampai di Endrekang sekitar jam 1 malam, itu juga tergolong lama
karena mereka sering mampir untuk beristirahat. Sesampainya mereka, kami tak bisa menahan godaan opor dan ketupat yang mereka bungkus dari Makassar berhubung
habis lebaran Idul Fitri hahaha setelah itu kami langsung beristirahat.
Keesokan harinya pagi-pagi sekali kami sudah bangun dan
bersiap-siap untuk berangkat ke desa Karangan, untuk itu kami harus mencari
jeep atau truk di pasar cakke. Dan yang akhirnya kami dapat yaitu truk yang
dapat memuat kami yang sekitar 13 orang, harga truk sekitar 1,3juta untuk
pulang pergi, tergolong murah untuk kami yang belasan orang, jika bagi rata
biayanya sekitar 100ribu/orang, dihari pasar ada truk yang mau mengangkut
penumpang dengan biaya 35ribu/orang, namun selain itu juga biasa orang
mengunakan sepeda motor untuk sampai di karangan. Namun sebaiknya berhati-hati
karena jalan ke desa karangan sangat rusak dan terjal, jika tidak berhati-hati
maka samping kanan jalan adalah jurang siap menyambut hangat hahaha…
Dari desa Barakka
menuju desa latimojong melewati 3 dusun, yaitu Rante Lemo, Angin-angin, dan
karangan, kurang lebih sekitar 3 jam
lebih untuk sampai desa karangan. Sesampainya kami di sana belum begitu sore,
tapi kami memilih beristirahat untuk menunggu teman kami 2 orang lagi yang akan
menyusul, agar besok pagi-pagi sekali kami bisa mulai mendaki bersama-sama.
Udara dingin di desa karangan ini lumayan menyengat,
membuatku agak sedikit khawatir. bagaimana lagi rasa dingin jika di gunung
nanti jika di kaki gunungnya saja sudah sedingin ini. Namun semua hal itu sudah
saya antisipasi dengan begitu cermat, berhubung saya tipikal orang yang tidak
begitu kuat menahan dingin, tak mau terkena hipotermia di gunung untuk kesekian
kalinya maka persiapan perjalanan ataupun tidur sudah saya persiapkan
sebaik-baiknya sehingga berat isi tasku hanya perlengkapan agar tidak dingin
hahahaa… Yang paling harus kita sediakan yaitu ransum yang berupa
cemilan-cemilan, SB (SleepingBag), alat makan, baju celana untuk tidur
sebaiknya dipisahkan dengan baju lapangan untuk jalan, jeket, sarung tangan 2
untuk jalan dan tidur, beberapa rushguard (selain berguna untuk laut dapat juga
berguna untuk digunung agar tidak dingin) ini sebaiknya dipakai di dalam baju
yang akan kita gunakan, matras, dan headlamp/ lampu senter, itu merupakan
beberapa barang pribadi yang wajib kita bawa sendiri, kalau bisa seringan mungkin
agak tidak kesulitan akan beban tas saat penanjakan. Selebihnya tenda, kompor
dan alat masak serta beberapa ransum di taruh di carrier teman-teman lelaki
yang perkasa hahaha… Jangan lupa persiapkan minuman nutrisari jeruk dan
coki-coki coklat sebagai penambah tenaga.
Subuh-subuh kami sudah bangun untuk bersiap-siap akan memulai
pendakian kami, diawali dengan sarapan pagi seadanya agar kami kuat berjalan
nantinya. Setelah itu kami sekitar 15 orang, yaitu saya, dharma, ovhy, ebi, kak
ipang, widwar, Wilson, kak rijal, akbar, muttar, cakra, kak ruri, kak bolong,
dodo, dan wandi siap berangkat menuju Atap Sulawesi.
Jalur Pendakian dari desa Karangan menuju Pos I berupa jalan
sempit menanjak yang sudah di cor beton yang berliku-liku mengitar bukit dengan
kemiringan kurang lebih 50 – 70 derajat, Hingga akhirnya sampai di Pos I dengan
pemandangan pegunungan dan kota endrekang yang terbentang berhadapan dengan
jalur Puncak Rantemario yang masih sangat Jauh. Sementara teman-teman berangkat
duluan saya memilih menunggu ovhy untuk berfoto-foto, sambil yang lainnya duduk
bersantai.
Kemudian kami lanjutkan lagi menuju Pos 2 dengan jalur yang
agak bervariasi, mendaki dan menurun serta melipiri tepi jurang, Saat akan
mendekati Pos 2, rute jalan akan menurun karena terletak dibawah sebuah tebing
batu. Berhati-hati terutama di turunan ketika hampir sampai di area dekat
sungai pos 2, ada turunan terjal dengan jalan yang sangat landai dan berpasir
cukup jauh sekitar 3 meter dari atas, Hati-hatilah dalam melangkah dan jangan terlalu
terburu-buru, karena setelah turunan ini hanya jalan sangat kecil yang
menyambut dengan jurang tepat dibawahnya. Saat sampai di Pos 2 ditandai dengan
adanya sungai yang mengalir cukup deras dan diatasnya ada jembatan kayu sebagai
penghubung jalan. Saat di Pos 2 sambil menunggu kedatangan teman-teman yang
lain, kami membuat gelang atau cincin dari rotan, yang bisa kalian dapatkan di
sepanjang jalan menuju Pos 2. Konon ada Mitos agar para pendaki harus memakai
rotan yang biasanya dibuat berupa gelang atau cincin di badannya selama
perjalanan hingga pulang agar terhindar dari hal yang tidak diinginkan, itu
hanya sebuah mitos, tapi percaya tidak percaya tetap dilakukan, Namun tetaplah
ingat bahwa Tuhan diatas segalanya.
Setelah itu kami melanjutkan perjalanan menuju Pos 3,
Meninggalkan pos 2 medan tanjakan terjal akan dihadapi, dengan kemiringan
sekitar 80 derajat, Tanjakan terjal ini cukup berbahaya dengan tanpa bonus
datar sama sekali, maka harus lebih memperhatikan keseimbangan agar tidak
terjungkal kebelakang. Di Pos 3 ini tidak ada air sama sekali jadi harus
menyimpan persiapan air yang cukup. Jarak antar pos kami usahakan 1 jam namun
agak tidak tepat, entah karena jalan yang terlalu santai ataukah ada teman yang
kurang sehat. Namun ada beberapa teman-teman yang sudah mendahului yang di
pimpin oleh widwar sengaja selalu melangkahi 1 pos dengan saya, Saat kami baru
tiba di pos, mereka langsung jalan dengan gaya ala pramugari angkat tangan trus
bilang, “ ada mi tasya, jalan ma ki nah anak-anak” hahahhaa Siall…. hanya
sekedar untuk mengerjaiku tapi malah kita sengaja bawa santai dan berlama-lama.
Jalur pendakian menuju Pos 4 mempunyai kemiringan 60 hingga
70 derajat, dengan sesekali bonus jalan mendatar. Pos 4 merupakan sebuah areal
yang tertutup oleh pepohonan dan tidak ada sumber air. Mulai dari Pos 1 tim
sudah mulai terbagi-bagi, Tim pertama yaitu Widwar, dharma, ebi, kak ippang,
kak ruri dan cakra. Di ikuti Tim kedua yaitu saya, Wilson, dan akbar. Kemudian tim
ketiga, disusul oleh yang lainnya. Jalur yang begitu terjal sungguh agak
menyulitkanku, dengan ditemani Wilson yang berjalan didepan dan akbar berjalan
dibelakangku, berbagi cerita-cerita film sepanjang jalan mulai film korea sampe
barat, bersama mereka seakan berjalan dengan sebuah cerita yang dibuat-buat.
Karena jalanku yang agak berisik dan seperti memaksakan diri membuatku lebih
cepat lelah dan terlalu banyak minum, maka mereka membuat-buat cerita, kata
wilson “ tasya bayangkan ko jalan itu kayak lagi mau perang, jalan pelan terus
lihat kiri kanan amati musuh, pelan-pelan saja biar tidak cepat capek” hahahhaa
seperti film korea yang lagi ngehits ala-ala tentara perang gitu, hal itu
membuat perjalanana menjadi lebih menyenangkan hahahhaa…
Setelah itu menuju Pos 5, tujuan terakhir kami hari itu. Karena
Pos 5 akan menjadi tempat camp kami. Jalur dari pos 3 ke 4 kurang lebih sama
dengan pos 4 ke 5. Area ini berupa daerah datar yang cukup luas dan terbuka
dilindungi oleh beberapa pohon besar, jarak yang di tempuh sekitar 1 jam 30
menit. Di pos 5 ini terdapat sumber air yang cukup jauh sekitar 100 meter
menurun kearah lembah di kiri jalan setapak jika kita kearah puncak. Setelah
sampai, kami mulai bersiap-siap dengan mempersiapkan tenda dan perlengkapan
masak dan beristirahat. Ketika hari mulai malam, udara dingin menyengat mulai
menyapa, namun ternyata tidak sedingin yang kami pikirkan. Malam kami lalui
dengan bercanda satu-sama lain, beristirahat lebih dan minum obat buat yang
kurang enak badan. bahkan ada kak dodo yang sakit perutnya yang betul-betul
menyiksa sampai makan daun jambu dari kak cakra yang buat semakin parah hahaha
tapi ternyata lodia yang lebih menyelamatkan, menurutku makan dan istirahat
yang cukup serta minum obat yang steril akan membantu penyembuhan lebih cepat,
maka P3K betul-betul sangat dibutuhkan. Kemudian kami memilih beristirahat untuk
menghadapi hari esok yang lebih berat menuju Puncak.
Pagi Hari kami bangun lebih awal, untuk bersiap-siap sarapan
agar bisa berangkat menuju puncak lebih awal. Memasak makanan untuk dibawa
bekal, berupa telur, nasi, atau pudding pandan yang selalu menjadi andalan kami
saat mendaki (pengalaman dengan pudding yang menyelamatkan kami dari kehausan
saat di bawakaraeng). Beberapa teman memilih tinggal di Pos 5, sementara yang
lainnya melanjutkan perjalanan dengan rencana muncak dan langsung turun kembali
di pos 5. Jalur pendakian dari Pos 5 menuju Pos 6 melewati hutan lumut yang
terbuka dengan tidak ada sumber air di lokasi ini.
Tidak berlama-lama kami langsung melanjutkan menuju Pos 7
yang memakan waktu lumayan lama sekitar hampir 2 jam. Jalur pendakian yang di
tempuh sudah terbuka dan dari jalur setapak kita bisa menikmati hamparan
pegunungan Latimojong. Keindahan itu membuat kami agak berlama-lama dengan
mampir hampir di setiap pemandangan terbuka yang kami temui. Saat sampai di Pos
7 banyak pula kami temui banyak pendaki yang memilih menginap di pos ini,
selain karena sumber air yang dekat sekitar 15 meter berupa sebuah aliran
sungai kecil jernih yang berada di sebelah kiri dari pos ini jika kita menghadap
kearah puncak, juga area ini begitu luas dan terbuka hanya harus berhati-hati
jika cuaca kurang memungkinkan agar mewaspadai jika ada badai.
Setelah beristirahat sejenak, dari Pos 7 kami menuju Puncak.
Awalnya kami kira ada hingga Pos 8 namun itu salah, tempat ini biasa disebut
pertigaan yang merupakan sebuah daerah terbuka yang cukup luas dengan banyak
dihiasi batu-batu putih yang sengaja disusun membentuk lingkaran ataukah angka
yang menunjukan ketinggian. Nah disinilah ada percabangan, jika ke arah kira
menuju ke puncak Rantemario, namun jika ke kanan merupakan jalur menuju Puncak
Nene Mori. Dan jika belok 90 derajat kekanan dapat menemukan jalan setapak
turun ke arah Palopo. Jalur yang dilewati menuju pertigaan ini menurutku agak
menyenangkan, selain pemandangan yang disajikan begitu indah karena banyak area
terbuka dengan lautan awan yang terbentang luas, juga banyak bonus jalur yang
datar.
Dengan Oksigen yang menipis kami melanjutkan perjalanan
menuju Puncak Rantemario, Jalur pendakiannya sedikit menanjak dan terbuka namun
begitu panjang kadang agak menanjak dengan kemiringan kurang lebih 30 derajat,
hanya saja jalur yang begitu penuh tanda tanya oleh karena melewati beberapa
bukit yang terbentang, sehingga puncak rante Mario tidak terlihat dari jauh.
Sebuah penantian yang dijalani dengan kesabaran tak pernah berujung dengan
sia-sia.
Kami akhirnya bertemu dengan kemegahan Tringulasi Atap
Sulawesi, Puncak Rante Mario, Gunung Latimojong. Puncak yang terbentang luas
dan kami beruntung saat itu karena kabut yang menutupi puncak mulai hilang dan terbuka
memperlihatkan langit dan gumpalan awan biru menjadi latar berfoto bersama
Tringulasi. Udara begitu dingin menyengat saat berada di puncak, Namun
berfoto-foto, foto selfie dan foto bersama tim menghilangkan rasa dingin itu
diganti kehangatan kebersamaan . Dan kembali pudding pandan andalanG menjadi
penyemangat baru kami dalam kelelahan hahaha…
Tak ada rasa yang lebih mengharukan dan syukur yang tak
terkira, bagai melihat kebesaran dan keagungan Tuhan yang begitu besar. Kadang
apa yang dicari manusia saat mendaki? Apakah agar lebih dekat dengan Tuhan?
Tapi saat mendaki itulah Tuhan memperlihatkan bagaimana ketika semakin tinggi
maka manusia harus belajar merunduk, istilahnya seberapa hebatnya dirimu tetap belajarlah
lebih rendah hati. Dunia jie ini Lautan selamanya,,, ehh diganti karena beda
tema hahaha Dunia jie ini Gunung selamanya wakakakaka….
Setelah puas menikmati berfoto ria di puncak, demi waktu agar
tidak kemalaman dan terlalu dingin, kami langsung kembali berjalan pulang ke
Pos 5. Mungkin karena jalur yang akan dilalui sudah terlewati maka perjalanan
terasa lebih ringan dan cepat, waktu juga berlalu dengan begitu cepat tak
terasa langit sudah mulai gelap membuat langkah kami harus semakin cepat dan
istirahat kami dipersingkat. Sesampainya di Pos 5 sudah begitu gelap sekitar
bukul 7 malam, sambil menunggu teman-teman yang lain. Dengan susu coklat
energen yang menghangatkan segala pilu dan ngilu di kaki terasa terobati.
wanita-wanita perkasa |
Malam itu kami hanya bercanda dan bercerita tentang pengalamanan kami selama diperjalananan. Tak ada yang bisa menebak saat di gunung, ebi yang awalnya dikhawatirkan teman-teman saat saya bawa mendaki karena belum pernah sama sekali naik gunung bahkan menjadi yang terkuat, ovhy yang berjuang mati-matian untuk mencapai puncak dengan dijagai kak bulung, kak ruri yang strongg abis double depek dan carrier, Dharma yang lincah, kak bones yang terbaik hahaha setidaknya dia penolongku saat cedera, wandi yang suka potoin orang hahaha, muttar yang selalu jadi bahan dengan pertengkarannya sama ovhy, kak rijal yang santai jalannya tapi selalu sigap saat yang lain membutuhkan bantuan, kak cakra yang terbaik saat membuat rotan, kak dodo yang setelah perutnya tidak sakit lagi malah jalannya yang paling cepat, widwar yang selalu siap siaga, wilson dan akbar yang mendampingiku saat perjalanan kalian terbaik hahahaha... terharunya teman-teman saat pertama melihat puncak semuanya itu mengambarkan sebuah kebanggaan menapati atap sulawesi. Malamnya kak cakra membuat spageti yang di bawah kak rijal hahaha yang bisa disebut spageti merica karena pedisnya minta ampun. Mengobati tangan kak rijal yang berdarah tapi disitulah saya tidak berhenti tertawa dengan tingkah kak rijal ternyata lelaki berjengot pun takut dengan darah hahahhaa…. teman-teman saling bergantian memijit kaki yang pegal hanya agar lelah selama perjalanan dapat hilang. Tapi itu semualah yang mengambarkan kehangatan dan kebersamaan saat digunung.
Keesokan paginya kami bersiap-siap melanjutkan perjalanan
akan turun ke karangan. Jujur perjalanan pulang sungguh sangat membosankan maka
selama diperjalanan saya membuat taruhan dengan dharma, siapa yang lebih cepat
sampai akan diteraktir sari laut dan teh pucuk sampainya di Makassar, hahaha
hal bodoh yang sedikit memberi semangat selama diperjalanan, berlari, saling
mendahului bahkan saling menjatuhkan tapi juga saling menyelamatkan. Awalnya
terlihat asik tapi rasa lelah yang menyelimuti juga membuat tidak focus, yang
berakhir dengan terkilirnya kakiku. Melewati pos 2, dharma sudah berlari didepan bersama ebi, namun rasa lelah membuat jalanku melambat, dengan kak ippang dibelakangku, namun karena kurang focus
saat melangkahi sebuah pohon besar, yang awalnya duduk di atas pohon kemudian turun
dan mendarat dengan cara yang salah tiba-tiba bunyi “kreeekkkkkk” Mukaku pucat
pasih, hanya bisa meringis kesakitan, kakiku tidak bisa digerakan sama sekali, ketakutan
menyelimutiku, melihat puncak pun saya tidak menangis tapi ketika cedera baru
menagis karena khawatir, khawatir jika akan menyusahkan orang lain. Namun
setelah agak tenang, otak ini mulai berfikir apa yang harus dilakukan, jarak ke karangan masih sangat jauh tapi setidaknya sudah melewati pos 2 dengan
tanjakan yang cukup ekstrim, tanpa melepas sepatu saya kemudian melanjutkan
perjalanan dengan tertatih-tatih dan dengan bantuan sebuah kayu, tapi ketika
mulai terbiasa dengan rasa sakit itu saya memilih berjalan tanpa kayu dan tetap
memikul tasku walau diganti dengan tasnya ebi yang lebih ringan. Dengan dharma,
ebi, kak bones yang berjalan santai di depan sambil menungguku yang kesakitan
berjalan, bahkan ada insiden salah sebut nama hahaha…. Jalan yang
panjang terasa 2 kali lebih jauh karena menahan rasa sakit terkilir ini. Ketika
sampai ke karangan saya langsung membuka sepatu, mengambil P3K dan tak bisa
saya temukan apapun yang dapat membantu secara baru kali ini terjadi, maka saya
hanya bisa mengambil salonpas kemudian menempelkan beberapa di pegelangan
kakiku. Yahh begitulah sebagaimanapun berhati-hatinya kita, kita tak akan
pernah tahu apa yang akan terjadi, bahkan buat saya yang selalu membawa lengkap
perlengkapan obat-obatan kemana-mana.
Sejenak beristirahat di karangan, kami harus segera berangkat
lagi karena ternyata truk kami sudah menunggu lama. Kemuadian kami pulang
dengan truk yang awalnya di isi pasir kemudian diganti dengan tumpukan
berkarung-karung kopi hahahha… dan saya hanya dengan satu posisi dengan kaki
yang sudah cukup bengkak, seperti adonan yang di pakaikan ragi hingga
mengembang hahahha… Selama diperjalanan kami singgah hanya untuk sekedar
mencari cemilan jalangkote atau roti goreng.
Sesampainya di saruran, badan ini rasanya seperti remuk
semua tapi tak mengurangi segala kelegaan kami telah menapaki Puncak Rantemario
Gunung Latimojong. Segala suka dan duka kami lalui bersama dengan tidak
mengeluh namun berjalan dengan penuh harapan agar sampai di puncak dan pulang
dengan selamat. Gunung mengajarkanmu mengenal dirimu sendiri, belajar menunduk
pada kuasa Sang Pencipta, membuatmu melihat batas dirimu, bersyukur akan hal
sekecil apapun. Di Tanjakan Atap Sulawesi ini jugalah saya yang begitu
berhati-hati saat trip dengan segala tameng perlengkapan obat-obatanku pun
untuk petama kalinya cedera, Di Tanjakan Atap Sulawesi ini mengajarkan banyak
hal. Semoga suatu hari nanti diberi kesempatan untuk kembali bertemu dengan si
gagah Tringulasi Rantemario.
Buat kalian yang telah berjalan bersama, dan buat kalian yang sudah membaca ini. Terima Kasih untuk segalanya.
Nice
ReplyDeleteThankcyuu andalanGku 😁
DeleteWihhh Mantap Tasya,,, kapan kapan klo kamu mendaki lagi ajak ajak lah mau saya...
ReplyDeleteTerima kasih banyak sudah berkunjung 🙏
Deletehehehe iyaa.. tapi skrg lagi pause dl utk mendaki 😁
Buat novel aja siapa tau laku?.hahahah
ReplyDeletehahahha klo sy buat novel kalian mi pembeli pertamaku 😂
Delete